Beberapa di antara kita, entah karena alasan kepraktisan atau kesehatan, tidak menyukai semangka yang
memiliki biji kecil berwarna coklat. Memang saat mengunyah, biji ini
cukup mengganggu meski sebenarnya tidak mengurangi kenikmatan daging
buah semangka itu sendiri. Nah, jika Anda termasuk orang yang dimaksud
tadi, Anda boleh bersuka cita sebab akhir-akhir ini pasar buah Indonesia
telah dibanjiri semangka hibrida tanpa biji. Kecanggihan teknologi
memungkinkan hal tersebut. Petani buah lokal banyak yang mulai beralih
membudidayakan semangka tanpa biji ini. Secara garis besar , rasa dan
bentuk buah semangka tak berbiji ini sama saja dengan semangka normal.
Yang menjadi garis pembeda adalah proses budidaya kedua jenis semangka
tersebut.
Menggandakan Kromosom
Mungkin Anda lantas bertanya-tanya bagaimana semangka tanpa biji ini bisa dibudidayakan sementara biji yang menjadi dasar pembudidayaannya tidak ada. Jadi sebenarnya bibir semangka tanpa biji ini dihasilkan dari semangka dengan kromosom ganda yang dikawinkan dengan semangka dengan kromoson normal. Umumnya semangka hanya memiliki jumlah kromoson 2. Nah dengan proses mutasi duplikasi akan dihasilkan semangka dengan jumlah kromosom 4. Kemudian semangka dengan kromosom ganda tersebut kemudian dikawinkan dengan semangka kromosom 2 dan hasil buahnya akan menghasilkan semangka dengan biji. Namun, apabila biji tersebut ditanam akan menghasilkan tanaman semangka dengan buah yang tak berbiji atau disebut dengan nama seedless. Dalam kajian ilmiah, semangka tanpa biji disebut semangka triploid.
Sebenarnya apa yang kita kenal dengan semangka tanpa biji ini merupakan kecacatan. Bahkan saat orang-orang menanam benih semangka triploid ini, di awal proses budidayanya sangat sulit sebab bijinya sulit untuk berkecambah. Demikian halnya di awal pertumbuhan, kecambah semangka tanpa biji ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat lemah dan terkadang terlihat cacar. Namun selanjutnya ia perlahan menjadi tanaman yang kuat dan menghasilkan buah tanpa biji.
Jika merunut pada Negara yang pertama kali mengembangkan semangka tanpa biji ini, maka kita harus menyebut nama Jepang. Teknik pembibitannya pertama kali diteliti oleh Prof. Dr. Hitoshi Kihara. Keberhasilannya ini kemudian membuat semangka tanpa biji, dalam waktu singkat, merambah ke berbagai Negara termasuk Indonesia. Bahkan di Situbondo telah dikembangkan area pertanian semangka khusus yang tak berbiji.
Sebagai tambahan informasi, sebenarnya meski menyandang nama semangka tanpa biji, namun dalam keadaan tertentu kita masih bisa menjumpai semangka ini lengkap dengan biji. Hanya saja biji yang terbentuk tidak sempurna melainkan hanya bebijian lunak berwarna putih. Umumnya biji ini muncul apabila dalam proses budidayanya petani banyak menggunakan phosphor atau P205 sebagai unsur hara.
Menggandakan Kromosom
Mungkin Anda lantas bertanya-tanya bagaimana semangka tanpa biji ini bisa dibudidayakan sementara biji yang menjadi dasar pembudidayaannya tidak ada. Jadi sebenarnya bibir semangka tanpa biji ini dihasilkan dari semangka dengan kromosom ganda yang dikawinkan dengan semangka dengan kromoson normal. Umumnya semangka hanya memiliki jumlah kromoson 2. Nah dengan proses mutasi duplikasi akan dihasilkan semangka dengan jumlah kromosom 4. Kemudian semangka dengan kromosom ganda tersebut kemudian dikawinkan dengan semangka kromosom 2 dan hasil buahnya akan menghasilkan semangka dengan biji. Namun, apabila biji tersebut ditanam akan menghasilkan tanaman semangka dengan buah yang tak berbiji atau disebut dengan nama seedless. Dalam kajian ilmiah, semangka tanpa biji disebut semangka triploid.
Sebenarnya apa yang kita kenal dengan semangka tanpa biji ini merupakan kecacatan. Bahkan saat orang-orang menanam benih semangka triploid ini, di awal proses budidayanya sangat sulit sebab bijinya sulit untuk berkecambah. Demikian halnya di awal pertumbuhan, kecambah semangka tanpa biji ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat lemah dan terkadang terlihat cacar. Namun selanjutnya ia perlahan menjadi tanaman yang kuat dan menghasilkan buah tanpa biji.
Jika merunut pada Negara yang pertama kali mengembangkan semangka tanpa biji ini, maka kita harus menyebut nama Jepang. Teknik pembibitannya pertama kali diteliti oleh Prof. Dr. Hitoshi Kihara. Keberhasilannya ini kemudian membuat semangka tanpa biji, dalam waktu singkat, merambah ke berbagai Negara termasuk Indonesia. Bahkan di Situbondo telah dikembangkan area pertanian semangka khusus yang tak berbiji.
Sebagai tambahan informasi, sebenarnya meski menyandang nama semangka tanpa biji, namun dalam keadaan tertentu kita masih bisa menjumpai semangka ini lengkap dengan biji. Hanya saja biji yang terbentuk tidak sempurna melainkan hanya bebijian lunak berwarna putih. Umumnya biji ini muncul apabila dalam proses budidayanya petani banyak menggunakan phosphor atau P205 sebagai unsur hara.